spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
BerandaEdukasiMengenal Konsep Aparatus Giorgio Agamben

Mengenal Konsep Aparatus Giorgio Agamben

DetailNews.Id – Apa itu “Aparatus?”

Penerbit: Odise Publishing
Penerjemah: Ariel Anwar

Buku tipis ini berisi penyelidikan filsuf Italia Giorgio Agamben tentang konsep Aparatus, meditasinya soal kontemporeritas, dan hubungan antara filsafat dan sahabat. Di tulis dalam tiga esai berjumlah kurang dari seratus halaman. Sekalipun begitu, saya perlu membacanya dua kali untuk memahaminya (walaupun tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan), maka bagi yang tertarik silahkan beli dan baca sendiri hehe.

Pada esai pertama, Agamben membedah muasal kata Aparatus (Dispositif sebutan perancis) dalam tradisi pengetahuan. Dia menemukan hal ini tidak bisa lepas dari pemikiran Foucault, ketika Foucault menulis konsep tentang ‘govermentality’ (pemerintahan) dan goverment of men (pemerintahan manusia). Namun gagasan ini masih belum terlalu jelas.

Agamben membuatnya menjadi terang. Dengan menulis bahwa Aparatus adalah “seperangkat praktik, kerangka pengetahuan, perilaku dan institusi yang mempunyai kapasitas untuk mengarahkan, menentukan, memodelkan, mengendalikan atau mengamankan perilaku, gestur dan pikiran manusia (subjek).”

Agamben memberi contoh bagaimana manusia didefinisikan dengan melihat orang-orang dinegaranya, italia, menjadi budak rezim telephone seluler – telefonino. Dalam rezim ini, hubungan-hubungan manusia menjadi tidak jelas dan sulit terpahami. Telefonino menjadi semacam Aparatus.

Di akhir esai ini, Agamben melihat bagaimana Aparatus menjalar di Eropa dalam wujud kamera yang di pasang di jalan-jalan. Dan membuatnya sampai pada adagium “benar belaka, manusia biasa seperti kita ini, di mata otoritas adalah seorang teroris yang harus selalu diintai dan diawasi.”

Membaca Aparatus hari ini sepertinya perlu. Apalagi saat negara menegaskan otoritasnya pada level PPKM darurat, dimana untuk makan saja, kita perlu di kawal “The Big Brother” lengkap dengan seragam dan sepatu lars.

Esai kedua mengurai konsep Kontemporer. Kekinian, bagi Agamben, adalah hari ini yang mengangkut masa lalu. Artinya tidak ada yang benar-benar lepas dari zaman yang telah lewat.

Esai ketiga membahas hubungan antara Filsafat dan Sahabat. Bagi Agamben, persahabatan adalah perilaku murni tanpa embel-embel representasi apalagi ‘rekomendasi’ ala politisi zaman kiwari.

Oleh : Zainuddin Makasehe Pai

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments