spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
BerandaKesehatanWeny-Rendy Mulai Revolusi Sampah dari Sekolah di Kotamobagu

Weny-Rendy Mulai Revolusi Sampah dari Sekolah di Kotamobagu

DetailNews.id – Masalah sampah tidak akan pernah selesai jika hanya dipandang sebagai urusan pemerintah. Sampah adalah cermin perilaku, dan cara terbaik bagaimana menanganinya adalah dengan membentuk kesadaran, dan itu dimulai dari diri sendiri.

Di Kotamobagu, langkah perubahan itu tengah dirintis oleh pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota, dr. Weny Gaib SpM dan Rendy Virgiawan Mangkat SH MH.

Bagi keduanya, solusi atas sampah bukan sekadar membuangnya ke tempat penampungan akhir, tapi bagaimana menjadikannya bagian dari proses pendidikan, pembiasaan, dan pengelolaan berkelanjutan.

Dalam rapat koordinasi bersama Dinas Pendidikan Kotamobagu, di ruang Weny Gaib, Rabu (2/7/2025), wali kota menyampaikan sebuah pesan sederhana namun dalam.

“Sampah tidak bisa hanya ditangani pemerintah. Kita semua harus terlibat. Dari rumah, dari sekolah, dari kesadaran kecil sehari-hari,” terang Weny Gaib, dihadapan Assiten III Agung Adati dan jajaran Diknas saat rapat koordinasi.

Langkah strategis itu tidak dimulai dari teknologi mahal atau kebijakan yang rumit, justru dari hal yang sangat mendasar, dan pengalaman.

Dan ide agar mendidikan anak sekolah sadar akan penanganan sampah adalah tumbuh dari pengalaman pribadi Dokter Weny, waktu semasa kuliah.

Diceritakan Weny, suatu ketika ia menyetir satu keluarga dari Manado ke Kotamobagu, dan dalam satu mobil itu ada anak-anak. Namanya juga anak-anak pasti mereka makan cemilan atau permen dalam mobil.

Yang membuatnya terharu, tak ada satu bungkuspun yang dibuang dalam sudut-sudut mobil. Bungkusan permen tak ada di lantai, atau lobang pegangan pintu.

Mereka simpan bungkus permen itu di kantong celana masing-masing, dan menunggu hingga menemukan tempat sampah, lalu hentikan mobil dan membuangnya.

“Saya sempat terkejut. Ternyata mereka terbiasa begitu karena pernah sekolah di luar negeri, ikut orang tuanya waktu studi. Di sana, sejak kecil mereka diajarkan soal tanggung jawab membuang sampah,” cerita dr. Weny, yang juga seorang dokter spesialis mata.

Pengalaman itu membekas. Ia melihat langsung bagaimana kebiasaan kecil yang ditanamkan sejak dini bisa membentuk perilaku yang berakar hingga dewasa.

Karena sampai saat ini, ia menyaksikan anak-anak itu tak pernah buang sampah sembarangan.

Kini, sebagai pemimpin daerah, Weny ingin hal itu juga tumbuh di Kotamobagu. Ia menginginkan kedepan nanti, ada kesadaran kolektif yang muncul dari generasi saat ini.

Di bawah pemerintahannya bersama Rendy Mangkat, Ia ingin meningkatkan dunia pendidikan menjadi hal utama.

Tapi karakter lebih penting dari segalanya. Weny dan Rendy ingin mengarahkan perhatian pada sekolah-sekolah, mulai dari TK, SD hingga SMP.

Menurutnya ini adalah tempat terbaik membentuk karakter anak-anak yang sadar akan kebersihan dan pengelolaan sampah.

“Kalau anak-anak makan makanan berbungkus, kita harus ajarkan mereka tidak membuang sembarangan. Ajak mereka memilah sampah organik dan anorganik, lalu buang pada tempat yang tepat,” ujarnya.

“Bila perlu, ada jam tertentu yang di pandu oleh guru, anak-anak ini membuang sampah dan dituntun oleh guru,” kata Weny, meminta Diknas Kotamobagu, melaksanakan itu sebuah instruksi pimpinan.

Lebih dari itu, ia telah meminta Dinas Pendidikan untuk menyusun modul khusus pengelolaan sampah yang melibatkan anak-anak secara langsung dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.

“Bukan sekadar teori, tapi praktik yang nyata,” pinta Weny.

Kepala Dinas Pendidikan Kotamobagu, Muhammad Aljufri Ngandu, langsung merespons inisiatif ini. Ia memastikan akan berupaya menyusun bentuk kurikulum atau semacamnya.

“Dan akan segera dilakukan dan melibatkan guru-guru yang siap membentuk kebiasaan positif di lingkungan sekolah,” kata Ngandu, di hadapan Walikota dan Asissten III Agung Adati.

Pasangan Weny-Rendy—yang dikenal dengan sebutan “Winner” sejak masa Pilkada 2024. Melihat fenomena sampah bukan sebagai limbah, melainkan potensi.

“Sampah itu bisa diolah. Bisa jadi pupuk, pakan ternak, bahkan bahan kerajinan. Teknologinya murah, tinggal kemauan yang dibentuk,” kata Weny.

Selain mencari solusi penanganan sampah dalam waktu dekat. Ia ingin mempersiapkan kesadaran, karena perubahan itu dimulai dari hal kecil.

Dari membuang bungkus permen ke tempat sampah, dari memilah sisa makanan di rumah, dari kebiasaan yang terus diulang hingga menjadi budaya.

“Kita sedang menanam. Dan kelak, Kotamobagu akan memetik hasilnya. Akan ada generasi yang tumbuh dengan kesadaran, bahwa menjaga lingkungan bukan pilihan, tapi kewajiban,” ujar Weny.

Weny juga mengingingkan adanya insentif lain dari program sampah untuk anak sekolah ini. Bila perlu ada lomba kebersihan di rumah pelajar masing-masing.

“Misalnya, sekolah buat lomba, rumah siapa yang punya tempat sampah yang sudah dipilah, nanti guru-guru datangi langsung ke rumah siswa untuk penilaian,” kata Weny.

Kalau ini terjadi, maka anak-anak yang akan mengingatkan orang tuanya untuk memilah dan menyiapkan tempat sampah di rumah masing-masing.

Kita bayangkan kata Weny, bila ada 1 000 anak yang begini, maka ada seribu keluarga yang sudah sadar akan sampah. “Berikutnya mulai dilatih untuk pemanfataan sampah,” kata Weny.

Ia menyadari program ini tidak mudah, tapi kalau tidak dimulai kapan hal ini akan terjadi. “Kapan lagi kita akan memulai dari hal kecil,” tanya Weny.

Ia mengatakan, sebuah kota yang bersih bukan karena disapu setiap pagi, melainkan karena warganya sadar untuk tidak mengotori.

Weny dan Rendy percaya bahwa perubahan tidak datang dari atas saja, tetapi juga dari bawah, dari tangan-tangan kecil yang mulai belajar bahwa satu bungkus permen pun punya tempatnya.

Perubahan itu mungkin tak instan. Tapi ketika anak-anak kita tumbuh dengan cinta pada kebersihan dan rasa tanggung jawab pada lingkungan, maka masa depan Kotamobagu bukan hanya lebih bersih, tapi juga lebih bijak.

Peliput : Owen Bangki/Yardi Harun

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisment -spot_imgspot_imgspot_img

Most Popular

Recent Comments