DetailNews.id – Cahaya harapan memancar dari Gelora Samador, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, ketika sekitar seribu warga dari berbagai latar belakang agama dan komunitas bersatu dalam Aksi 1.000 Lilin. Dalam suasana hening dan penuh kekhidmatan, mereka menyalakan lilin sebagai simbol keprihatinan, doa, dan tekad bersama untuk menegakkan keadilan, merawat perdamaian, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Aksi yang digelar pada malam hari itu menjadi peristiwa yang sarat makna, menggabungkan spiritualitas, ekspresi nurani publik, serta kesadaran kolektif atas kondisi bangsa yang tengah menghadapi krisis multidimensi: sosial, politik, dan kemanusiaan.
Umat dari berbagai agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, hingga Konghucu berdiri berdampingan dalam satu barisan doa. Mereka tidak hanya membawa keyakinan masing-masing, tetapi juga menghadirkan kasih dan kepedulian terhadap bangsa yang tengah diuji.
“Indonesia adalah negara demokratis yang wajib menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi,” tegas Maria Hendrika Hungan, koordinator lapangan aksi ini.
“Namun belakangan ini, kita menyaksikan berbagai peristiwa yang mencerminkan krisis keadilan dan kemunduran demokrasi dari demonstrasi yang dibungkam hingga kebijakan publik yang mengabaikan suara rakyat kecil.”
Dengan mengusung tema “Seribu Cahaya untuk Keadilan, Perdamaian, dan Kemanusiaan,” aksi ini menyampaikan empat pesan moral yang kuat:
- Seruan Kemanusiaan bagi Pemimpin Bangsa, Mendesak para pemangku kepentingan untuk mengedepankan keadilan sosial dan kepentingan rakyat, bukan kepentingan politik sempit.
- Membangun Kesadaran Publik, Menunjukkan bahwa solidaritas dan aksi protes dapat dilakukan secara damai, bermartabat, dan penuh kasih.
- Doa untuk Tanah Air, Doa lintas iman dipanjatkan agar Indonesia terhindar dari perpecahan dan segera keluar dari krisis kemanusiaan.
- Menyalakan Harapan, Lilin-lilin yang menyala menjadi lambang harapan bahwa Indonesia yang lebih adil dan manusiawi tetap mungkin untuk diwujudkan.
Acara diawali dengan sambutan hangat, pemutaran video reflektif, dan pengumandangan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Doa bersama lintas agama dilantunkan secara bergantian, menyejukkan suasana dan menggugah hati para peserta.
Puncak acara terjadi ketika 1.000 lilin dinyalakan secara serentak, membentuk lingkaran persatuan melambangkan cahaya harapan dalam kegelapan. Renungan Kebangsaan yang disampaikan oleh Bapa Uskup Maumere mengajak semua pihak untuk kembali pada nilai-nilai luhur bangsa, sementara persembahan budaya Nian Tana dalam bentuk monolog, puisi, lagu rohani, dan lagu nasional menambah kedalaman makna dari aksi ini.
Sebagai penutup, seluruh elemen yang hadir menandatangani Deklarasi Bersama, menyuarakan komitmen kolektif untuk terus menjaga nilai-nilai keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan sebagai fondasi utama perjalanan bangsa ke depan.
Turut hadir dalam acara ini Wakil Bupati Sikka Simon Subandi Supriadi, jajaran DPRD, TNI/Polri, tokoh agama lintas iman se-Kabupaten Sikka, komunitas transportasi daring (Grab dan Maxim), pemuda, mahasiswa, pelajar, perempuan, aktivis lingkungan, seniman, pelaku pariwisata, serta insan pers.
Dari Maumere, cahaya lilin menyala terang, membawa pesan ke seluruh penjuru negeri: Indonesia akan tetap tegak berdiri hanya bila keadilan ditegakkan, perdamaian dirawat, dan kemanusiaan dijunjung tinggi. Sebuah harapan yang sederhana, namun amat berarti di tengah gelapnya tantangan zaman.
Peliput : Siprianus Aba