DetailNews.id – Di tengah hiruk-pikuk isu pembangunan, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) mengambil langkah tegas yang menyentuh jantung masa depan mengakhiri stunting dan membangun generasi sehat.
Senin pagi itu, di lantai 1 Kantor Bupati, udara terasa berbeda. Bukan sekadar rapat biasa, tetapi Rapat Koordinasi TP3S Tahap II Aksi Konvergensi Stunting yang menjadi titik tolak komitmen baru. Di hadapan para pejabat, pemangku kepentingan, dan tokoh masyarakat, Bupati Oskar Manoppo resmi mengukuhkan Tim Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting (TP3S) periode 2025–2029.
Keberhasilan Boltim menurunkan prevalensi stunting dari 28,4% menjadi 18,8% dalam setahun terakhir memang layak diapresiasi. Di level lokal, target penurunan hingga 9,6% juga berhasil dicapai, menjadikannya salah satu capaian terbaik di Sulawesi Utara.
Namun, di balik angka-angka itu tersimpan tantangan yang lebih besar: menjaga agar setiap anak tumbuh tanpa hambatan perkembangan. Karena stunting bukan sekadar statistik. Ia adalah tentang tumbuh kembang otak, kesehatan jangka panjang, dan masa depan yang mungkin terenggut jika tidak dicegah sejak dini.
“Kita tidak boleh berhenti di sini. Ini soal kualitas generasi Boltim ke depan,” tegas Bupati Oskar.
Perspektif yang dibawa Pemkab Boltim sangat jelas: kesehatan adalah fondasi dari segala cita-cita pembangunan. Tak ada gunanya jalan mulus atau gedung tinggi jika anak-anak tumbuh dalam kondisi kronis karena kekurangan gizi.
Karena itu, pengukuhan TP3S bukan hanya penugasan administratif. Ini adalah panggilan moral bagi seluruh elemen: dari sangadi, bidan desa, penyuluh KB, kader PKK, hingga orang tua.
“Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi gerakan kolektif. Kita semua punya peran,” lanjut Bupati Oskar.
Langkah konkret pun terus digulirkan. Dinas Kesehatan, BPS, BPJS Kesehatan, Kemenag, TNI-Polri hingga Bank Sulutgo dan PT ASA dilibatkan. Semua bergerak dalam satu garis: mencegah stunting, bukan hanya mengobatinya.
Pemaparan dari perwakilan TPPS Provinsi Sulut, Murphy Eldy Kanly Kuhu, menegaskan pentingnya menyentuh rumah tangga secara langsung.
“Intervensi harus menyasar ibu hamil, bayi, dan balita. Ini bukan soal data saja, tapi menyelamatkan generasi sejak dalam kandungan,” katanya.
Langkah Pemkab Boltim ini sejalan dengan semangat nasional menuju Generasi Emas 2045. Tapi bagi Bupati Oskar, mimpi besar itu hanya bisa dicapai jika daerah-daerah seperti Boltim mampu menjadi contoh dan role model.
“Kami ingin Boltim menjadi teladan: daerah yang melahirkan generasi emas bebas stunting, sehat, cerdas, dan berdaya saing,” pungkasnya.
Dengan pengukuhan TP3S ini, Pemkab Boltim tak hanya memerangi stunting tetapi juga menghidupkan kembali harapan. Harapan bahwa anak-anak desa terpencil pun berhak tumbuh tinggi, kuat, dan pintar. Harapan bahwa kesehatan bukan hak istimewa, tetapi hak dasar yang dijamin negara.
Di Boltim, langkah itu telah dimulai. Kini, tinggal bagaimana semua pihak menjaga nyala komitmen ini agar pekan depan, bulan depan, dan tahun-tahun ke depan, tidak ada lagi anak-anak yang gagal tumbuh. Karena bangsa yang kuat dimulai dari generasi yang sehat.
Peliput : Amingsih Mustapa