DetailNews.id, Boltim – Langit Tutuyan tampak sendu sore itu. Di tengah sisa puing dan abu kebakaran, Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Oskar Manoppo berdiri menatap reruntuhan rumah yang telah rata dengan tanah. Rumah panggung milik keluarga almarhum Linggama–Paputungan di kompleks Lapangan Pondamo kini hanya menyisakan arang, kayu terbakar, dan kenangan.
Kebakaran yang terjadi pada Selasa (30/9/2025) dini hari itu menghanguskan seluruh bangunan yang selama ini difungsikan sebagai kos-kosan. Tak ada satu pun barang yang dapat diselamatkan semuanya ludes dilalap si jago merah hanya dalam hitungan menit.
Bupati Oskar datang tanpa banyak iring-iringan, hanya didampingi Tenaga Ahli Bupati Musiran Modeong dan Hamka Pontoh. Di lokasi kejadian, ia langsung menyapa Rusman Linggama, ahli waris keluarga yang terdampak. Suasana haru tak terelakkan ketika sang bupati menyerahkan bantuan uang tunai secara langsung.
“Saya turut berduka atas musibah ini. Waktu kejadian, saya sedang kunjungan kerja di Jakarta. Tapi saya pastikan, pemerintah daerah hadir untuk membantu,” ujar Oskar dengan nada empati.
Bagi Oskar, bantuan bukan sekadar simbol kepedulian, melainkan bentuk tanggung jawab sosial pemerintah terhadap warganya.
“Musibah tidak bisa kita rencanakan, tapi kita bisa saling menguatkan. Jangan lihat besar kecilnya bantuan, semoga bisa meringankan beban keluarga,” tambahnya.
Rusman tampak berkaca-kaca menerima bantuan tersebut. Dengan suara bergetar, ia mengungkapkan rasa terima kasihnya.
“Terima kasih banyak, Pak Bupati. Di tengah kesibukan, Bupati masih mau datang langsung memberikan bantuan. Semoga selalu diberi kesehatan dan kekuatan,” tuturnya lirih.
Bagi warga Tutuyan, kehadiran Bupati Oskar bukan hanya soal bantuan materi, tetapi juga kehadiran moral dan empati. Sosoknya dinilai sebagai pemimpin yang sigap hadir di tengah warganya, bukan hanya dalam seremoni, tetapi juga saat masyarakat mengalami kesulitan.
Padahal, hari itu bukan hari kerja. Sejak pagi, Oskar telah menjalani dua agenda padat di Desa Kotabunan Barat meninjau korban kebakaran rumah sekaligus melihat langsung proses pemindahan jaringan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dilakukan swadaya oleh warga. Namun rasa lelah tak menghalanginya untuk kembali turun ke lapangan.
Menjelang sore, ia memutar arah menuju ibu kota kabupaten untuk menutup hari dengan menyapa warga yang tertimpa musibah di Tutuyan.
“Pemerintah tidak hanya hadir dalam pembangunan fisik, tapi juga ketika masyarakat membutuhkan uluran tangan. Itu bagian dari pelayanan publik yang humanis,” ungkapnya menutup kunjungan panjang hari itu.
Hari libur yang seharusnya menjadi waktu istirahat justru menjadi hari pengabdian. Dalam lelah yang tak terlihat, Oskar Manoppo kembali membuktikan: pemimpin sejati bukan yang hadir di depan kamera, tetapi yang cepat hadir di tengah warganya ketika mereka sedang berduka.
Peliput : Amingsih Mustapa








