DetailNews.id, Tarakan – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Tarakan menyelenggarakan dialog publik bekerja sama dengan Radio Republik Indonesia tepat di hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun, dengan topik Peran Media dan Generasi Muda Menjaga Kebenaran.
Dialog berlangsung di Aula Universitas Terbuka Tarakan, Selasa (28/10) menghadirkan narasumber antara lain Kabid Humas Polda Kaltara Kombespol Budi Rachmat, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (DKISP) Kota Tarakan, Endah Sarastiningsih, Dewan Kehormatan PWI Kaltara H. Rochmat Rolau, perwakilan Mahasiswa dan pelajar SMA se Kota Tarakan
Dalam penyampaiannya, Endah Sarastiningsih mengajak di era sekarang harus berhati-hati, obyektifitas kalah dengan opini yang terus disampaikan.
Lalu kami harus bagaimana? akan timbul pertanyaan, lanjut Endah. Yang harus dilakukan adalah mencari literasi digital, informasi disaring dulu dan kemudian mencari alternatif-alternatif yang lainnya.
“Karena ketika kita hanya berfokus pada satu saja informasi, biasanya banyak persepsi terhadap sebuah kejadian, bisa bermacam-macam sudut pandang, maka sebagai pengguna kita harus bijak dalam menerima, informasi disaring dulu,” ujarnya.
Informasi pembanding bisa berasal dari website resmi, atau media sosial resmi pemerintah. “Inilah yang bisa dijadikan acuan sumber, supaya memahami bahwa benar atau tidak adanya penggiringan opini,” tambahnya.
Kabid Humas Polda Kaltara Kombes Pol Budi Rachmat turut menyampaikan pesan, Era Post Truth menjadi tantangan besar pagi Polri, khususnya dalam menjaga dan memelihara Kamtibmas. Ternyata saat ini masalah itu muncul di dunia media dan sosmed sehingga Polri telah membentuk tim siber untuk menjaga suasana pemberitaan.
“Di Era Post Truth, kami juga memiliki tanggung jawab dalam menyampaikan informasi. Kami dari Polda juga memiliki sosmed, web dan lain-lain untuk mengimbangi perkembangan Era Post Truth. Salah satunya kami bikin sosmed Police, ini salah satu cara mendekatkan diri dengan masyarakat,” tegasnya.
Dewan Kehormatan PWI Kaltara H. Rochmat Rolau turut menyoroti
Era Post Truth. Menurutnya kebohongan yang disamar-samarkan bisa menjadi benar. Fenomena kebohongan yang disamar-samarkan ini dipengaruhi oleh media sosial. Dunia saat ini cepat sekali berubah apalagi hadirnya sosial media.
“Kebenaran tetaplah kebenaran karena jurnalis bekerja berdasarkan Undang-undang Pers dan Kaidah Jurnalistik. Saat ini ada dua kebenaran.
Pertama, kebenaran yang dibenarkan oleh fakta, kedua Kebenaran yang dibenarkan oleh “buzzer” yang mana di dalam ada banyak kepentingan,” jelasnya.
Sementara Ketua PWI Tarakan, Andi Muhammad Rizal menegaskan, Sumpah Pemuda menjadi momentum untuk meminimalisir penyebaran hoax. Menurutnya, pemuda memiliki peran yang signifikan dalam penyebaran hoaks karena berbagai faktor, mulai dari karakteristik psikologis hingga keterlibatan mereka yang tinggi dalam media sosial.
“Meskipun pemuda sering dipandang sebagai agen perubahan positif, pemuda juga rentan dan memiliki peran dalam penyebaran informasi yang salah,” bebernya.
Ketua panitia dialog PWI Kota Tarakan Andre Aristyan mengapresiasi peserta dan narasumber yang hadir. Ia menyampaikan tujuan kegiatan dialog ingin mengedukasi terutama di kalangan generasi muda. Karena generasi muda adalah benteng awal yang harus mendapatkan edukasi dalam hal peran media di era Post-Truth.
“Makanya hari ini yang kita fokuskan target audience peserta dari mahasiswa dan siswa-siswi Pelajar tingkat SMA. Generasi muda target utama kita. Sekarang ini kan informasi deras sekali, nah ini kalau tidak di edukasi khawatir ketika di framing, diberitakan terus-menerus hal yang salah, orang akan menganggap itu sebuah kebenaran,” pesannya.
“Alhamdulillah antusias dari teman-teman peserta sangat besar ya, karena terbukti dari antusias untuk bertanya, artinya mereka peduli, bahwasanya penting untuk memahami informasi lebih dalam,” pungkas Andre Aristyan.
Peliput : Raden








