DetailNews.id – Janji-janji pembangunan yang dahulu terdengar manis di Kota Kotamobagu kini tinggal gema. Yang tersisa bukanlah kemajuan, melainkan kekecewaan. Warga masih menyimpan luka akibat proyek-proyek pemerintah yang menghabiskan anggaran miliaran rupiah, namun tidak pernah memberi manfaat nyata.
Dua proyek besar yang dibangun di masa pemerintahan Wali Kota Tatong Bara kini menjadi simbol kegagalan tata kelola pembangunan di daerah ini: 23 unit shelter transportasi dan pemagaran kiri-kanan jalan masuk RSUD Kotamobagu.
Shelter yang dibangun dengan dana publik dalam jumlah besar itu kini berdiri seperti monumen kosong. Tanpa aktivitas, tanpa fungsi, dan tanpa kejelasan masa depan.
“Sejak dibangun sampai sekarang, tidak pernah ada yang pakai. Itu hanya proyek buang-buang uang,” tegas seorang warga Kelurahan Sinindian, yang kecewa dengan pemborosan anggaran tersebut.
Kondisi serupa juga terlihat pada proyek pagar RSUD Kotamobagu. Alih-alih mempercantik kawasan rumah sakit, proyek itu justru menyulut konflik dengan warga sekitar. Publik menilai, pagar tersebut bukanlah kebutuhan mendesak, melainkan bentuk proyek “dipaksakan” demi menghabiskan anggaran di akhir masa jabatan.
Kedua proyek ini menjadi cermin buram dari sebuah pemerintahan yang lebih fokus pada pembangunan fisik tanpa arah, ketimbang memperhatikan kebutuhan mendasar rakyat, seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan fasilitas publik lainnya.
Ironisnya, lembaga legislatif yang seharusnya menjalankan fungsi pengawasan justru bungkam. DPRD Kotamobagu memilih diam seribu bahasa, seolah ketimpangan ini tak pernah ada. Diam yang bagi rakyat bukan sekadar kelalaian, tapi pengkhianatan terhadap mandat kepercayaan.
Kini, di bawah kepemimpinan baru Wali Kota dr. Wenny Gaib dan Wakil Wali Kota Rendy Mangkat, warga menaruh harapan besar. Pemerintah baru diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang sama tidak membangun proyek yang hanya indah di atas kertas, tetapi menghadirkan program-program yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat.
Masyarakat Kotamobagu ingin melihat perubahan nyata. Bukan dalam bentuk tumpukan batu dan semen, melainkan dalam pelayanan kesehatan yang terjangkau, pendidikan yang berkualitas, serta fasilitas publik yang benar-benar digunakan dan dibutuhkan.
Sejarah akan mencatat, bahwa pemimpin yang berpihak kepada rakyat akan dikenang dengan rasa hormat. Sementara mereka yang mengabaikan suara rakyat hanya akan meninggalkan jejak berupa bangunan kosong, kekecewaan mendalam, dan hilangnya kepercayaan publik.
Pembangunan sejati bukan sekadar membangun gedung—tetapi membangun kepercayaan, keadilan, dan masa depan bersama.
Peliput : Owen Bangki