DetailNews.id, Sleman – Seperti sebelumnya di beritakan bahwa warga yang tinggal di sepanjang Jalan Kemusuh Kalurahan Banyurejo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman, DIY, mengeluhkan aktivitas truk pengangkut material galian C ke lokasi proyek tol.
Keluhan itu tentu berdasar karena lingkungan mereka setiap hari dilewati ratusan truk mengangkut pasir, tanah uruh ataupun batu dan menimbulkan polusi debu dengan volume tinggi. Selain itu, menimbulkan getaran dan kebisingan yang sangat mengganggu.
Lantas, bagaimana curhatan hati warga di sepanjang Jalan Kemusuh, Kalurahan Banyurejo itu?.
Inilah yang berhasil dikutip oleh DetailNews.id saat berbincang dengan sejumlah warga di daerah itu.
Jauh sebelumnya lingkungan kami di Banyurejo khususnya di Jalan Kemusuh, sepi. Terasa ada ketengan jiwa bersama keluarga. Tapi saat ini, kami di sini mulai terusik. Buka diusir, bukan di minta menjauh dari kampung kami. Tapi yang mengusik belakangan ini keberadaan pembangunan proyek tol.
Sejak proyek tol ini berjalan, lingkungan kami mulai bising. Truk-truk pembawa pasir maupun tanah lalu lalang di lingkungan kami. Tidak hanya bising, gaduh dengan suara truk, tetapi kami setiap hari diselimuti debu akibat truk keluar masuk di Jalan Kemusuh ini.
Kadang tenggorokan kami gatal. Tidak hanya orang dewasa tapi angk-anak juga kerap batuk kecil dan tenggorokan mereka gatal.
Yang kami sayangkan, kenape pemerintah membiarkan debu, kebisingan dan getaran yang menanggung rakyatnya ini dibiarkan tanpa memberi solusi. Memang pengerjaan tol ini ada batas waktunya setahun, dua tahun atau sepuluh bisa juga 10 tahun baru selesai. Tetapi, kami ingin selama pengerjaan itu berlangsung ada kepedulian terhadap kami agar kami disini tidak tertindas dengan debu segala macam.
Kami warga terdampak debu, ingin ada rasa empati pemerintah dan pelaksana proyek tol. Paling tidak, untuk meminimalisir debu ini ada inisiatif penyiraman secara berkala agar debu tidak beterbangan sampai ke rumah-rumah penduduk.
Kami juga ingin supir truk yang lewat tidak memacu kecepatan truk yang dikemudikan. Dan, truk yang melintas tidak konvoi sehingga bisa mengurangi kebisingan, getaran dan volume debu jalanan.
Kami warga terdampak buka minta dikasihani. Tapi setidaknya, p bangunan nasional berjalan sukses tanpa harus mengorbankan warganya.
Sekali lagi, kami tidak minta dikasihani. Kami yang sudah puluhan tahun tinggal di daerah ini jangan biarkan kami sakit akibat pembangunan yang notabene untuk kepentingan nasional. Jangan langgar hak asasi kami dan beri kami waktu untuk bisa hidup lebih lama tanpa harus menderita ISPA, atau TBS akibat debu. Kawinan anak-anak kami yang setiap hari menghirup debu dalam jumlah banyak.
Nah, itulah curhatan hati sejumlah warga Desa Banyurejo, Kecamatan Tempel, Sleman yang terdampak debu truk pengangkut material galian C ke proyek tol yang ada di daerah Desa Bligo, Kabupaten Magelang.
Peliput : Islam