DetailNews.id – Seorang ibu paruh baya di Desa Bunga Tanjung, Khutmah (58), harus menjalani hari-harinya dalam kegelapan setelah aliran listrik di rumahnya dicabut oleh petugas PLN pada Senin (30/9). Pemutusan dilakukan akibat tunggakan tagihan selama dua bulan, yang tidak mampu ia bayar karena keterbatasan ekonomi.
Sudah lebih dari sepekan rumah Khutmah tidak mendapatkan penerangan. Untuk aktivitas malam hari, ia dan keluarganya hanya mengandalkan sebatang lilin. Tidak hanya itu, aliran air bersih dari PDAM juga turut dihentikan, memperburuk kondisi kehidupan sehari-hari mereka.
Khutmah merupakan tulang punggung keluarga yang bekerja serabutan demi mencukupi kebutuhan hidup. Meski penghasilannya terbatas, ia berusaha memenuhi kewajiban membayar tagihan. Namun kali ini, kondisi ekonomi yang semakin sulit membuatnya tak mampu membayar tepat waktu.
“Kami tidak menolak bayar. Tapi kami benar-benar belum sanggup. Kenapa langsung dicabut begitu saja, tanpa ada pemberitahuan atau pertimbangan?” keluh anak Khutmah dengan nada sedih.
Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai kepekaan dan peran aktif pemerintah desa terhadap warganya yang membutuhkan. Sejauh ini, belum ada bantuan atau pendampingan dari pihak desa kepada keluarga Khutmah.
“Kejadian ini menjadi cermin bagaimana minimnya perhatian terhadap warga kurang mampu. Apakah ini bentuk kelalaian, atau ketidakhadiran pemimpin saat warganya membutuhkan?” ujar Kamra, salah satu tokoh masyarakat setempat.
Pihak keluarga meminta kepada instansi terkait, baik dari PLN maupun PDAM, agar memberikan kebijakan yang lebih manusiawi kepada warga miskin. Mereka juga mendesak pemerintah desa agar hadir dan bertanggung jawab atas kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
Kisah Khutmah menjadi pengingat bahwa pembangunan bukan hanya soal infrastruktur megah, tetapi juga tentang memastikan kebutuhan dasar setiap warga seperti listrik dan air dapat terpenuhi.
Peliput : Kamra
