DetailNews.id – Momentum Hari Santri Nasional (HSN) yang di peringati setiap tanggal 22 Oktober ternyata memiliki sejarah panjang. Sebuah fakta histori yang menjelaskan tentang perjuangan berdarah mempertahankan kemerdekaan dari Sekutu yang ingin menguasai kembali ibu pertiwi setelah baru beberapa bulan mendeklarasikan kemerdekaan.
Setiap tahunnya, perayaan tersebut diselenggarakan sebagai bentuk refleksi, mengingatkan kepada masyarakat Indonesia akan nilai juang para Pahlawan Indonesia.
Aspek lain yang melatarbelakangi HSN adalah pengakuan resmi pemerintah Republik Indonesia (RI) atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sekaligus merevisi beberapa catatan sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru (Orba), yang hampir tidak pernah menyebut peran ulama dan kaum santri.
Berbagai macam model merayakan HSN setiap tahunnya dilakukan baik oleh Pemerintah dan sejumlah komunitas kaum muda tanah air.
Sebagaimana yang dilaksanakan pemuda Desa Tutuyan yang dipimpin langsung oleh Awaludin Umbola yang dikenal sebagai promotor menggerakkan spririt pemuda Bolaang Mongondow Timur (Boltim) untuk berkreasi, dan di hadiri Rahmat Bilfakih (aktivis muda Nahdlatul Ulama Sulawesi Utara), serta sejumlah aktivis muda di kecamatan Tutuyan.
Mereka melakukan ziarah ke makam Aki Pondabo Modeong bertempat di Tutuyan pada (22/10/2021), hal ini menurut Awaludin Umbola, dilakukan sebagai pemugaran ingatan mengenang jasa para pendahulu yang memiliki dedikasi membangun Daerah.
“Mengenal diri kita lewat sejarah menjadi penting, supaya tahu jati diri kita siapa, bertepatan dengan Hari Santri Nasional insyaallah akan menjadi trigger bagi kita untuk bisa lebih kenal akan sejarah Desa maupun daerah kita”, Kata Umbola kepada DetailNews.id
Dirinya menambahkan, metode menanamkan jiwa patriotisme dan kepedulian terhadap NKRI tidak hanya berada di ruang formal, akan tetapi di lingkungan merupakan kelas edukasi yang sering terlupakan.
“Di sekeliling kita, banyak objek yang dapat kita pahami, pelajari, dan sadari sebagai sebuah suplemen pengetahuan mengenal substansi perjuangan, apalagi berkaitan dengan darah juang para syuhada”, tambahnya.
Awaludin Umbola berharap, HSN tidak hanya dirayakan secara seremonial tanpa mengambil nilai pendidikan membangun daerah.
“Dan tentu ke depan, harapannya akan semakin banyak anak muda yg akan mau belajar soal sejarah perjuangan pendahulu kita, dan pemerintah bisa menjadikan ini sebagai kekuatan membangun daerah, khususnya ibu kota kabupaten Bolaang Mongondow timur kecamatan Tutuyan khususnya sebagai ibu kota kabupaten”, tutup Komisioner Bawaslu Provinsi Sulut itu.
(WA)Â